Bali Hotel Environment

Media Komunikasi Tentang Pariwisata

Tuesday, January 22, 2008

Terlalu Optimistik 7 juta Wisman di 2008 tanpa pengendalian Lingkungan



Awal Januari 2008 Kementerian Pariwisata mencanangkan program Visit Indonesia Year tahun 2008, dengan target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 7 juta. Sesuatu yang terkesan optimis dan positif. Betapa tidak, disaat perhotelan di Indonesia dan di Bali khususnya sudah lama merasakan ‘sesak napas’ sejak bomb Bali 2002, program ini seperti udara segar yang digagas pemerintah.
Optimistik pemerintah ini sejalan dengan perkembangan kunjungan wisatawan dunia yang diperkirakan meningkat 5,7% (UNWTO November 2007), juga dari beberapa indicator dalam negeri tahun 2007 seperti jumlah kunjungan wisatawan manca negara (wisman) yang mencapai 5,5 juta orang (merupakan rekor nasional tertinggi dalam sepuluh tahun tarakhir), termasuk juga pengeluaran wisman yang naik hingga US$ 57,89.
Bali sebagai barometer pariwisata Nasional mencatat prestasi yang sangat signifikan. Bali Tourism Board mencatat dari Januari sampai dengan akhir November 2007, jumlah kunjungan wisman yang datang ke Bali mencapai 1.517.650. Jumlah ini meningkat 33.42% jika dibandingkan dengan tahun 2006, padahal belum tutup tahun. Mungkin sukses ini ada korelasinya dengan semakin kondusifnya keamanan dan suksesnya Indonesia menyelenggarakan Konferensi Internasional Perubahaan Iklim Global (UNFCCC), sehingga berkontribusi pada membaiknya tingkat hunian Hotel di Bali sejak pertengahan tahun 2007 sampai dengan awal tahun 2008 ini.
Sayangnya yang kita anggap prestasi ini belum diakui dunia, contoh kecilnya saja adalah yang dilakukan Yahoo.com. Tahun 2008 ini yahoo mengeluarkan hasil surveinya tentang the top world travel destinations di 2007. Walaupun seperti biasa Paris, Francis ada di posisi pertama, diikuti oleh Cancun, Mexico dan seterusnya, ternyata Phuket, Thailand ada di posisi 8 dan Manila, Philippines ada di posisi 10. Sebagai negara yang tergabung dalam ASEAN, Thailand dan Filipina tidak berbeda dengan Indonesia, malah dari sisi keamanan kedua negara ini juga mengalami ketidakpastian keamanan dan politik, seperti kudeta, bomb dan lainnya. Yang jelas yang berbeda adalah kedua negara ini termasuk the top ten world travel destinations versinya Yahoo.com. Sementara Indonesia bagaimana?

Pemanasan Global
Ketika masyarakat dunia mengeluhkan perubahan cuaca akibat pemanasan Global dan berusaha mencari solusi bersama untuk mengatasinya pada Desember 2007 di Bali. Sekjen World Tourism Organization, Francesco Frangialli sebagai motornya pariwisata dunia saat itu meminta Pariwisata harus diikutkan dalam menumbuhkan tanggungjawab, termasuk menjadi bagian dari pemecahan masalahnya dalam kerangka kerja yang telah di tetapkan PBB, karena selama ini selain secara signifikan dipengaruhi, pariwisata juga berkontribusi pada pemanasan global.
Sayangnya belum sampai sebulan kemudian di media massa, baik itu elektronik dan cetak diberitakan ada tanah longsor dan banjir yang menenggelamkan banyak rumah penduduk di beberapa provinsi di Indonesia, termasuk yang mengatakan ketinggian air banjir di bantaran Bengawan Solo, wilayah yang rentan banjir, mengalami banjir terparah selama 50 tahun terakhir. Ternyata banjir dan tanah longsor ini tidak hanya merendam daerah rawan banjir saja, tetapi bahkan sampai ke destinasi pariwisata seperti Kuta, Jimbaran di Bali.
Jika selama ini sesuai tuntutan pasar dan masyarakat, beberapa pengelola hotel di Indonesia sudah memasukkan kepedulian lingkungan seperti Green Globe, Tri Hita Karana kedalam jadwal kerja mereka, Pertanyaannya, dimanakah cetak biru kementrian pariwisata terkait dengan permasalahan lingkungan khususnya pemanasan global seperti ini, padahal Indonesia sudah sangat terkenal dengan sebutan daerah rawan bencana. Apakah aktivitas peduli lingkungan hanya terkesan sibuk pada saat ada KTT pemanasan global saja, kemudian setelahnya tidak ada aktivitas yang terprogram untuk menindak lanjuti permasalahan.

Program Creative
Seyogianyalah pemerintah dapat membuat program-program yang berbasis masalah lingkungan yang creative mengatasi permasalah ini. Konon membuat program creative cenderung yang memutar balik budaya yang berlaku saat ini. Jika sebagai Negara Agraris kebanyakan masyarakat kita suka menebang pohon sebagai suatu budaya. Bisakan kebiasaan ini di ubah kepada suka menanam pohon, kemudian disosialisasikan mulai dari masyarakat biasa, pengusaha dan pemerintah sebagai regulator.
Jika mengubah budaya ini terasa sulit karena tidak ada dana yang tersedia, mungkinkah pemerintah dapat menghimbau pengusaha pariwisata untuk menambahkan wisata penanaman pohon pada peket-paket perjalanan yang sudah ada. Bagi wisatawan yang berpendidikan yang membeli paket tersebut, maka hanya dengan sedikit penjelasan yang masuk akal, mereka pasti akan menerima rencana ini. Asusmsikan sekitar 5,5 juta wisman setiap tahun datang ke Indonesia dan mau terlibat dalam program ini, tidaklah sulit untuk mendapat sejuta pohon tertanam pertahunnya. Nah jika hal ini diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha, maka masih banyak program creative lainnya yang bisa diciptakan para pengusaha pariwisata, bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan pengusaha adalah tumbuh dari orang-orang yang creative.
Tidak bersahabatnya cuaca di awal tahun baru 2008 ini, seperti ingin menegaskan bahwa semua sektor yang ada dalam kehidupan kita, termasuk sector pariwisata harus bersahabat dan mau mengambil tanggungjawab untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, jika hal ini terabaikan akankah target 7 juta wisman di tahun 2008 dapat tercapai?
Walaupun begitu sukses 5,5 juta wisman yang diraih di akhir tahun 2007 ini patut di acungi jempol, semua pihak telah maksimal melakukan tugasnya.

Jaya Pramono
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Dhyana Pura. Bali
04 Januari 2008

Wednesday, November 21, 2007

Wellcome to Bali Hotel Analysis

Dear Readers

This site aim to collecting and analizing all data and information’s about the real condition of hotel operation in Bali. This step should be as a priority think, not just only for guiding Bali with the appropiate data and good analysis, it is also because there are more than 35% people of Bali depending on this industry, and in a recent past years there are many big problems and issue has occurred and treated Bali lets say as Bali Bomb I and II, bird flu, and so on, and by the end this condition will destructive Bali as a Leading Tourism Destination in Indonesia, as well as in the Asia Pacific.

The model of analysis that will be implemented on this site is combination of statistical Analysis and sosiocultural analysis.

The List Of Content

The Founder

Denpasar, Bali, Indonesia
Lecturer of the Bigest one's private Hotel Institute in Bali